Wednesday, July 25, 2018

Salah satu laporan keuangan yang dihasilkan dari prosese akuntansi adalah Neraca atau Balance Sheet. Neraca ini memuat dua komponen utama, sisi sebelah kiri adalah Aktiva/Aset/Kekayaan, sisi sebelah kiri adalah Pasiva yang terdiri dari dua bagian, yaitu hutang dan modal. Sisi sebelah kanan ini menunjukan sumber asal dari mana kekayaan/aset yang dimiliki oleh sebuah perusahaan, sehingga dalam neraca harus seimbang antara sisi sebelah kiri dengan sisi sebelah kanannya.

Mengapa harus seimbang ?, Karena jika sebelah kanan atau aktiva bertambah, maka dapat dipastikan ada sumber dari mana aset itu bertambah apakah itu dari hutang atau dari modal sendiri atau modal yang berumber dari pemilik perusahaan atau dari keuntungan yang diperoleh. Demikian juga jika sebelah kiri aset kita berkurang, maka pasti ada sumber yang berkurang juga disisi sebelah kanan. Oleh karena itu maka dalam proses pencatatan akuntansi ketika membuat jurnal, maka pasti akan menyangkut dua perkiraan antara debet dan kredit.

Maka dengan konsep logika seperti ini sebenarnya Akuntansi dan proses penyusunan laporan keuangan itu mudah karena pada dasarnya hanya menambah dan mengurangkan saja, matematika yang sederhana, penambahan dan pengurangan itu kemudian dikelompokan dan dijumlahkan, berapa akumulasi bertambahnya dan berapa akumulasi berkurangnya, itulah yang akan menjadi saldo yang akan ditampilkan dalam laporan keuangan.

Lalu apa hubungannya "Neraca Laporan Keuangan" dengan "Neraca Kehidupan" ?

Keseimbangan dalam konsep neraca ini ternyata dapat kita terapkan dalam kehidupan, sehingga saya muncul celoteh dalam hati keseimbangan dalam hitup itu ya itulah  "Neraca Kehidupan", sama dengan konsep laporan keuangan. Apa itu "Neraca Kehidupan"?

Begini, dalam hidup kita sering kita menghadapi dua kondisi yang berlawanan atau bertolak belakang namun itu dalam satu kejadian yang sama atau atas suatu kejadian yang sama. Contohnya ketika kita melihat pertandingan sepak bola, maka pasti dalam pertandingan tersebut ada pemenang dan ada yang kalah atau ada yang seri. Nah bagaimana kita menyikapi kejadian ini, jika kita menggemari satu klub sepak bola biasanya kita akan sangat bergembira ketika team yang kita pavoritkan menang, pun demikian jika team itu kalah, kita sering kecewa berlebihan, sehingga akhirnya sering kita dengar tawuran antar supporter atau pengrusakan fasilitas umum. 

Contoh lain adalah ketika kita putus cinta (pernah mengalami putus cinta ?) bisa dibayangkan bagaimana ketika putus cinta? Kalau bagi yang diputuskan cintanya mungkin banyak dari kita yang merasa kecewa, frustasi bahkan ada juga yang sampai rela melakukan bunuh diri juga kan. Tapi ada juga sih yang ketika diputuskan cinta biasa-biasa aja atau malah bergembira. Lalu kalau kita lihat dari sisi yang memutuskan cintanya mungkin mayoritas akan bahagia, karena biasanyan ketika kita memutskan cinta ada dorongan untuk melepaskan sebagian dari hidupnya yang sudah tidak disukai atau bisa jadi untuk memperoleh yang lebih baik...ada calon pacar baru yang lebih cantik atau lebih ganteng, lebih baik dll, jadi ketika putus cinta dia senang-senang saja.

Nah dari contoh dua kejadian ini maka dalam menyikapi hidup ini ternyata harus terjadi keseimbangan, ada sisi kiri dan ada sisi kanan. Ketika kita berlebihan dalam bersikap tidak seimbang antara input atau out putnya, maka pasti akan terjadi masalah, apakah itu sedih yang berlebihan sehingga kita melakukan pekerjaan yang tidak baik, atau kita bergembira berlebihan, yang bisa jadi ini secara tidak langsung membuat orang yang disebelah kita merasa kecewa atau sakit hati, berarti secara tidak langsung kita berkontribusi membuat orang lain sakit hati.

Nah sikap kita dalam menghadapi kehidupan itu harus seimbang, tidak bergembira berlebihan atau tidak sedih berlebihan. Ketika kita bahagia besyukur dan jangan berlebihan periksa apakah ketika kita bahagia berlebihan tidak ada orang lain yang kita bikin sakit hati ? Ketika kita sedih gak boleh berlebihan juga karena biasanya kalau berlebihan berarti kita sedang kecewa menganggap tidak beuntung, Allah sedang jauh dari kita, kita tidak sedang dalam Rohman dan Rohimnya Allah nah itu yang berbahaya. Tetaplah seimbang.

0 comments:

Post a Comment

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!