Dalam perjalanan pulang naik KRL ke bogor seperti biasa, saya harus berdesak-desakan dengan penumpang lain, ya memang beginilah perjuangan hidup. Agar bisa bernasib baik tidak berdiri sepanjang perjalanan ke Bogor, saya berusaha menyelinap ke arah tengah dihadapan penumpang yang sudah duluan duduk berjejer.
Disamping aku berdiri seorang lelaki sudah agak-agak tua sih dengan berpakaian sedikit agak kotor dan ya lumayanlah agak harum-harum sedikit sayangnya bukan harum parfum yang aku bisa endus hehehe..maklumlah perjalanan dimalam hari mana ada yang masih bersemilir bau parfum...kecuali ditempat-tempat hiburan malam mungkin situasinya lain kali yah.
Dalam perjalanan sekali-kali terdengar suara batuk belomba dengan kerasnya suara roda kereta menghantam rel besi....hemmm nasib-nasib gerutuku dalam hati, tentunya untuk berpindah ke tempat lain sudah susah karena memang keretanya penuh banget, tinggal berdoa saja dalam hati mudah-mudahan segera ada yang turun nih penumpang yang pada duduk sehingga saya bisa menggantikan posisinya.
Tak lama kemudian kebetulan sekali penumpang yang didepanku mulai siap-siap berdiri...hemmm nasib baik nih pikirku, dan dengan secepat mungkin saya berusaha untuk bisa mendepatkan posisi tempat duduknya. Alhamdulilah akhirnya bisa duduk juga.
Namun tak begitu lama hanya berlalu beberapa statsiun penumpang yang diduduk disebelahku juga siap-siap berdiri untuk turun...hemmmm alamat duduk bersebelahan dengan si pak tua tadi nih, gerutuku dalam hati. Yups benar saja si Pak Tua tadi duduk disebelahku, dan ternyata dialah yang membawa karung besar yang entah isinya apa. Setelah duduk dia berusaha menarik karung bawannya tersebut, melihat kondisi itu tak tega juga rasanya membiarkan ia menarik-narik karungnya karena nyangkut dipenumpang lain. Sejenak ku ulurkan tanganku untuk membantunya dan akhirnya berpindahlah karung tersebut dihadapannya.
Tiba-tiba dia membuka pembicaraan "Saya baru selesai nih potong hewan kurban di kantor walikota, banyak banget sapi yang dipotongnya hingga baru dua hari nih selesai, makanya saya baru bisa bawa nih daging buat bagian saya, nih iga sapi yang masih utuh belum saya potong-potong.
Hemmm dalam hati pantesan dari tadi agak bau semerbak nih, ternyata pak tua ini bawa daging. Kok bisa banyak banget ya bawa dagingnya dalam hatiku, padahal itu kan daging buat kurban.
"Ini daging kurban, jadi saya gak bisa jual dagingnya, haram nanti kalau saya jual, nanti saya mau bagi-bagikan ke tetangga saya" begitulah dia melanjutkan kata-katanya.
Subhanallah dalam hatiku, ternyata saya salah duga juga nih, ternyata dia tidak seperti yang saya bayangkan dia masih punya prinsip hidup.
Sejurus kemudian dia melanjutkan kata-katanya "Bapak mau dagingnya, kalau mau saya kasih nih sebagian" sambil dia membuka tali karung yang dibawanya. "oh, gak usah pa makasih banyak, udah gak usaha merepotkan" (dalam hati lumayan juga nih kalau dapet hehehe). "cuma gimana ya saya motongnya soalnya nih masih utuh satu iga, kalau ada golok saya potongin nih" katanya, dan dia berusaha untuk memotong sebagian yang bisa dia potong, ya dia berhasil memotong sebagian tulang-tulang iganya "Ini dek mau dibawa dagingnya" tanyanya kepadaku, "Oh gak usaha pak makasih-makasih" timpalku (dalam hati gimana bawanya ya tuh daging sapi kalau saya ambil, masa saya nenteng-nenteng daging mentah tanpa dibungkus apapun sampai ke Bogor.
"Ini pak, mau dibawa" timpalnya kemudian "Cuman gak ada tempatnya ya....gimana ya" begitulah kata-kata yang muncul berikutnya. "Oh ya bapak turun dimana?" tanyanya kepada ku "Di Bogor pak" sahut ku. "Waduh sayang yah kalau kita turun sama-sama di Cilebut nanti kita bisa bagi disana", "iya pak sudah makasih gak apa-apa, terimakasih atas kebaikan bapak" saya menimpali pembicaraannya. Rupanya dia masih bepikir bagaimana dia bisa memberikan sebagian daging yang dibawanya buat dibawa saya, dan anehnya dia hanya menawarkan daging itu kepada saya tidak ke penumpang-penumpang lain yang juga berdiri disekitar kita.
"waduh gimana ya...saya sebentar lagi turun nih..." ia melanjutkan pembicaraannya, "ya sudah pa gak apa-apa makasih" timpalku sambil meyakinkan ia bahwa saya senang atas niat baiknya. "Baik kalau gitu, mudah-mudahan nanti lain waktu kita bisa ketemu lagi ya pa, mudah-mudahan Allah memberikan umur panjang, Insya Allah kalau saya ketemu bapak lagi dan saya dapat rejeki daging lagi lagi saya akan kasih bapak" itu lah kata-kata terakhir yang ia sampaikan sebelum turun. "Baik pa makasih hati-hati" timpalku pada saat dia mau turun.
Setelah turun, saya cukup berpikir juga, ada beberapa hikmah yang saya peroleh dari kejadian tersebut, yang pertama sebaiknya kita tidak berpikir negatif sama orang lain, karena belum tentu orang tersebut seperti apa yang kita pikirikan, kedua orang tersebut mungkin mau berbagi daging bawaannya karena saya berusaha membantu mengankat karungnya ketika dia mau memindahkahan karung tersebut kehadapannya, pertolongan yang mungkin tidak terlalu berarti namun ternyata bisa mendatangkan rejeki buat kita, dan yang ketiga ketika rejeki itu belum menjadi bagian kita maka walaupun rejeki itu sudah didepan mata, tidak juga kita bisa membawanya pulang.
Begitulah sepenggal cerita yang mudah-mudahan bisa memberikan hikmah buat kita.
0 comments:
Post a Comment